Seni Dalam Pandangan Islam

 

STADIUN GENERAL

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IPB 2010

Islam Berbicara Seni

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk. (Wiki, 2008)

Ketika kita berbicara tentang seni, maka yang terlebih dahulu dibicarakan adalah keindahan. Sudah menjadi fitrahnya manusia menyukai keindahan. Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam kondisi biasa-biasa saja ataupun  buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi, yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya. (Yahya Ayyash, 2008)

Nabi Muhammad Saw sangat menghargai keindahan. Suatu ketika dikisahkan, Nabi menerima hadiah berupa pakaian yang bersulam benang emas, lalu beliau mengenakannya dan kemudian naik ke mimbar. Namun tanpa menyampaikan sesuatu apapun, Beliau turun kembali. Para sahabat sedemikian kagum dengan baju itu, sampai mereka memegang dan merabanya. Nabi Saw bersabda: “Apakah kalian mengagumi baju ini?” Mereka berkata, “Kami sama sekali belum pernah melihat pakaian yang lebih indah dari ini.” Nabi bersabda: “Sesungguhnya saputangan Sa’ad bin Mu’adz di surga jauh lebih indah daripada yang kalian lihat.” (M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an).

Ajaran Islam menganjurkan adanya keindahan dan kecantikan dalam segala hal. Keindahan tersebut tidak terbatas hanya dalam amalan-amalan reliji dan akhlaqul karimah yang dicerminkan orang muslim, namun hal di luar itu juga dintuntut mencerminkan keelokan. Salah satunya adalah keindahan seni yang bernuansa Islami.

 

 

Dalam sebuah hadis, Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan” (HR Muslim). Seni Islami merupakan kreasi dan inovasi yang dapat memperkaya keindahan dan keelokan dalam Islam itu sendiri. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui seni menulis atau lazim disebut kaligrafi (Khath), tarik suara melalui tilawatul Quran, qiroat dan lain sebagainya, dengan tidak melanggar dasar dan prinsip ajaran agama. (Isyrokh Fuaidi, 2010)

Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir.

Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.”  (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)

Seni yang didasarkan pada nilai-nilai Islam [agama/ketuhanan] inilah yang menjadi pembeda antara seni Islam dengan ragam seni yang lain. Titus Burckhardt, seorang peneliti berkebangsaan Swiss-Jerman mengatakan, “Seni Islam sepanjang ruang dan waktu, memiliki identitas dan esensi yang satu. Kesatuan ini bisa jelas disaksikan. Seni Islam memperoleh hakekat dan estetikanya dari suatu filosofi yang transendental.” Ia menambahkan, para seniman muslim meyakini bahwa hakekat keindahan bukan bersumber dari sang pencipta seni. Namun, keindahan karya seni diukur dari sejauh mana karya seni tersebut bisa harmonis dan serasi dengan alam semesta. Dengan begitu, para seniman muslim memunyai makna dan tujuan seni yang luhur dan sakral. (Imam, 2010)

Apakah seni Islam harus berbicara tentang Islam? Sayyid Quthb dengan tegas menjawab tidak. Kesenian Islam tak harus berbicara tentang Islam. Ia tak harus berupa nasehat langsung atau anjuran berbuat kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang aqidah. Tetapi seni yang Islami adalah seni yang menggambarkan wujud dengan ‘bahasa’ yang indah serta sesuai dengan fitrah manusia. Kesenian Islam membawa manusia kepada pertemuan yang sempurna antara keindahan dan kebenaran.

Menurut Islam seni bukan sekadar untuk seni yang absurd dan hampa nilai (laghwun), keindahan bukan berhenti pada keindahan dan kepuasan estetis. Sebab semua aktivitas hidup tidak terlepas dari lingkup ibadah yang universal. Seni Islam harus memiliki semua unsur pembentuknya yang penting yaitu; jiwanya, prinsipnya, metode, cara penyampaiannya, tujuan dan sasaran. Motivasi seni Islam adalah spirit ibadah kepada Allah, menjalankan kebenaran (haq), menegakkan dan membelanya demi mencari ridha Allah swt. bukan mencari popularitas ataupun materi duniawi semata. Seni Islam harus memiliki risalah dakwah melalui sajian seninya yaitu melalui tiga pesan :

1.Tauhid; dengan menguak dan mengungkap kekuasaan, keagungan dan transendensi (kemahaannya) dalam segala-galanya, ekspresi dan penghayatan keindahan alam, ke-tak-berdayaan manusia dan ketergantunganya terhadap Allah, prinsip-prinsip uluhiyah dan ‘ubudiyah.

2. Insaniyah dan Inqodz al-Hayah (menyelamatkan hak-hak asasi manusia dan kehidupan alam) seperti; mengutuk kezhaliman/penindasan, penjajahan, perampasan hak, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, memberantas kriminalitas, kejahatan, kebodohan, kemiskinan, perusakan lingkungan hidup, menganjurkan keadilan, kasih sayang, kepedulian sosial-alam dan sebagainya.

3. Akhlaqiyah dan Ta’alim Islam (kepribadian/akhlaq, konsep dan praktek ajaran Islam) seperti; tema kejujuran, pengabdian, pengorbanan, kesetiaan, kepahlawanan/ kesatriaan, solidaritas, kedermawanan, kerendahan hati, keramahan, kebijaksanaan, perjuangan/kesungguhan, keikhlasan dan seterusnya. Juga penjelasan nilai-nilai keislaman dalam berbagai segi seperti sosial keluarga dan kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, politik dan seterusnya.

Di tengah langkanya sajian hiburan yang mengandung pesan moral dan agama, seni Islam tentu sangat dibutuhkan untuk mengisi dan menciptakan suatu wahana baru dalam kehidupan masyarakat ini. Tujuannya selain minghibur masyarakat serta memperindah peradaban dan syiar Islam, seni juga dapat dijadikan sebagai media untuk mentranformasikan secara lebih mudah nilai dan pesan ajaran Islam yang luhur.

Begitu Indahnya ajaran Islam ini, sehingga menuntut segala aspek dan ruang agar dapat selalu dicerminkan secara indah kepada manusia. Allahu a’lamu bisshowaab.

 

 

 

 

 

 

Tentang Muhamad Arifin

Seorang anak yang lahir di keluarga, keadaan, dan lingkungan yang biasa-biasa saja, namun mempunyai cita-cita yang sangat luar biasa. terbiasa dengan kehidupan mandiri dan menentukan segala sesuatu dengan pertimbangan diri sendiri. tidak suka terburu-buru dalam mengambil keputusan dan selalu mengupayakan kebijaksanaan dalam setiap perbuatan. selalu berfikir positif dan memperjuangkan hal-hal yang di anggap benar.
Pos ini dipublikasikan di Akademik, Karyaku, Pemikiranku, pengetahuan, Tarbiyah. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar